Usai Sholat Subuh berjama’ah para santri
Pesantren Sufi berkerumun di depan Mading yang ditempeli dua lembar kertas
folio. Lembar pertama memuat berita unduhan dari Reuters tentang aksi militant
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang menewaskan 500 orang etnis
minoritas Yazidi di Sinjar di wilayah utara Irak pada Ahad kemarin (10/08).
Menteri Hak Asasi Manusia Irak Mohammed al-Sudani, mengatakan bahwa milisi ISIS
telah mengubur beberapa korban mereka hidup-hidup di kuburan massal, termasuk perempuan
dan anak-anak. Lembar kedua memuat berita unduhan dari AFP, CNN dan Washington
Post tentang aksi militant ISIS yang meledakkan makam dan Masjid Nabi Yunus, di
Mosul, Irak, pekan lalu. Selain makam Nabi Yunus, makam Nabi Daniel pun
dihancurkan. Diliputi rasa geram dan penasaran Marholi, Azumi, Daitya, Roben,
Niswatin, Ndemo, Apenk, dan Bimbi menghadap Sufi tua yang sedang
berbincang-bincang dengan Sufi Kenthir dan Sufi Sudrun di teras mushola.
Dengan suara tinggi mereka meminta
penjelasan Sufi tua seputar keberadaan ISIS beserta aksinya yang brutal dan
biadab. “Melihat modus dan operasionalnya, gerakan ISIS itu menunjukkan
indikasi gerakan Wahabi meski mereka mengaku Sunni. Apa benar begitu mbah?”
tanya Azumi menyimpulkan. “Memang kalian belum tahu statemen Al-Chaidar,
pengamat terorisme yang menyatakan ISIS sebagai gerakan Wahabi gaya baru, yang
kegiatannya agak radikal?” sahut Sufi tua. “Saya belum tahu itu mbah,” kata
Azumi merendah,”Saya hanya menduga-duga karena melihat kemiripan dan kesamaan
modus dalam aksi-aksi biadab ISIS dengan Wahabi.” “Kalian tahu, kenapa
tiba-tiba muncul ISIS?” tanya Sufi tua memancing. “Menurut video-grafis Kurz
Gesagt yang saya tonton, ISIS yang tahun 2013 itu sebagai reaksi atas dominasi
Syiah dalam pemerintahan Irak pasca terbunuhnya Saddam Hussein. ISIS, menurut
Kurz-Gesagt, adalah gerakan perlawanan golongan minoritas Sunni terhadap
golongan mayoritas Syiah di Irak,” kata Azumi menjelaskan pandangannya. “Tapi
kenapa kalian menduga ISIS bukan Sunni melainkan Wahabi? Apa kalian menganggap
pandangan Kurz-Gesagt keliru?” tanya Sufi tua. “Kurz-Gesagt menetapkan anggapan
Wahabi adalah Sunni. Itu pandangan etic orang Non Muslim. Jadi mesti tidak
tepat pandangan Kurz-Gesagt itu.
Dalam pandangan emic Kaum Muslimin, Wahabi
jelas bukan Sunni,” sahut Azumi berargumen,”Bahkan menurut saya bukan bagian
dari Islam.” Sufi tua tertawa. “Maaf mbah,” tukas Marholi tiba-tiba
menimpali,”Kenapa gerakan Wahabi dengan aksi-aksi biadab belakangan ini sangat
marak di mana-mana?” “Benar mbah,” sahut Daitya menambahi,”Gerakan Wahabi
belakangan ini seperti sengaja mempamerkan tindak kebiadaban mereka sebagai
orang-orang badui yang barbar dan jauh dari peradaban. Dengan mengatas-namakan
Islam, mereka melakukan kejahatan-kejahatan kemanusiaan yang sangat
bertentangan dengan ciri-ciri ajaran Islam yang beradab. Dengan bangga mereka
pamer kekejaman dengan menghukum mati wanita-wanita yang dituduh penzinah tanpa
diadili; mereka bangga menculik siswi-siswi sekolah dengan alasan wanita tidak
boleh melek huruf dengan menuntut ilmu di sekolah; mereka bangga menggiring
penduduk di desa-desa ke killing ground untuk dieksekusi massal dengan tuduhan
telah melakukan bid’ah dan kurafat dan kemusyrikan yang merusak agama; mereka
bangga menjagal massal penduduk Non Muslim dengan tuduhan pengamal agama sesat;
mereka bangga menebar terror dan rasa takut kepada masyarakat yang tidak
sepaham dengan mereka. Sungguh, belakangan ini mereka ingin memamerkan tindak
kebiadaban uuntuk membangun citra Islam biadab yang bertentangan dengan
kemanusiaan dan peradaban.”
Sufi tua tersenyum manggut-manggut. “Apa
gerakan biadab Wahabi belakangan ini bagian dari skenario global mbah?” kata
Roben minta penjelasan,”Soalnya, media massa Barat begitu gencar mem-blow up
berita kebiadaban Wahabi di mana-mana dengan memberi identitas sebagai gerakan
Sunni ultra radikal. Ini semua seperti skenario The Clash of Civilization-nya
Samuel Huntington yang gagal dipaksakan untuk dijalankan ulang. Bagaimana ini
mbah?” Sufi tua tertawa sambil mengacungkan ibu jari. “Saya usul mbah,” tukas
Bimbi mengajukan gagasan,”Bagaimana kalau sebutan ISIS dalam pemberitaan dan
kajian-kajian diubah menjadi WSIS? Maksud saya, dalam komunikasi di antara umat
Islam sebutan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) diubah menjadi WSIS
(Wahabi State of Iraq and Syria) karena dalam fakta gerakan ini memang gerakan
Wahabi. Maksud saya, meski kita tidak bisa mengalahkan hegemoni pers Barat
tetapi lewat Facebook, Blog, Website, Twitter, SMS, Surat Kabar, Tabloid,
Jurnal, Lembar Jum’at kita bisa membangun opini publik sendiri di antara umat
Islam. Ini penting mbah, karena citra kebiadaban yang dipamerkan
gerakan-gerakan biadab Wahabi tidak dicampur-baurkan dengan Islam.” Sufi tua
tertawa.
Sejenak setelah itu ia berkata,”Aku setuju
saja dengan gagasan kalian. Tapi yang paling penting, kita harus cermat membaca
perkembangan gerakan Wahabi sebagai alat Kapitalisme Global yang dipandegani
kelompok White Anglo Saxon-Jewish yang berkuasa sebagai pimpinan tertinggi
Imperium Global.” “Berarti sampeyan sepikiran dengan kami, mbah?” sergah
Marholi mengayunkan tangan sambil berucap “yes”. “Maaf mbah,” tukas Niswatin
tiba-tiba,”Apa alasan sampeyan menduga gerakan biadab Wahabi belakangan ini
adalah bagian dari skenario Imperium Global yang didominasi kekuatan White
Anglo Saxon-Jewish?” “Pertama-tama,” kata Sufi tua memberi penjelasan,”Sejak
muncul sebagai kekuatan sosial-politik-keagamaan pada dekade kedua abad ke-20,
Wahabi sudah ditopang kekuatan Negara Britania Raya lewat tokoh Lawrence untuk
melawan Turki. Sepanjang Perang Dingin yang dilanjut konflik Arab-Israel dekade
1960-1970an, kekuatan Wahabi di Timur Tengah terbukti selalu berada di bawah
kendali Amerika-Inggris.
Sampai saat runtuhnya komunisme akhir
dekade 1990-an, gerakan Wahabi seperti Al-Qaedah, JI, Taliban, IM berada di
bawah kendali Amerika-Inggris selalu terbukti menggenapi teori Huntington
tentang Clash of Civilization lewat aksi-aksi terror, pemboman, pembunuhan
nassal, bom bunuh diri.” “Tapi belakangan Wahabi juga menunjukkan aksi biadab
berupa pelarangan terhadap wanita untuk mendapat pendidikan dan menjadikan
wanita-wanita yang mereka culik dan tawan sebagai budak belian. Ini fenomena
baru, mbah. Mereka juga memamerkan wanita-wanita penzinah yang dihukum mati
dengan cara disembelih dan dirajam dengan lemparan batu. Wahabi berjuang keras
untuk membangun citra bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk
melakukan pembunuhan, perbudakan, merendahkan derajat wanita, intoleransi,
brutal, dan aksi-aksi biadab. Ini apa maksudnya mbah?” kata Niswatin ingin
penjelasan. “Menjalankan skenario membangun citra Islam sebagai ajaran biadab
yang bertentangan dengan kemanusiaan dan peradaban,” sahut Sufi tua. “Ooo
begitu ya,” Niswatin manggut-manggut. “Kalian tahu, kenapa di tengah hiruk
berita kebiadaban aksi-aksi Wahabi melakukan terror di Nigeria, Somalia,
Afghanistan, Irak, Suriah menyeruak berita-berita mengerikan tentang penyebaran
Virus HIV, Sars, Ebola yang kemunculannya selalu dihubungkan dengan
negara-negara berpenduduk muslim terbelakang?”kata Sufi tua dengan nada tanya.
“Jancuk! Mbokne Ancuk Kabeh!” seru Marholi misuh-misuh,”Ini skenario jahat
Imperium Global menjadikan Islam bercitra primitif, biadab, goblok,
terbelakang, buas, dan penyakitan.
Ini skenario menjadikan Islam tidak saja
sebagai common enemy bagi bangsa-bangsa di dunia, melainkan juga menjadikan
umat Islam sebagai pembawa penyakit menular yang berbahaya bagi manusia.
Sungguh jahat skenario itu.” Sufi tua tertawa mengacungkan ibu jari sebagai
isyarat memuji analisis Marholi. “Maaf mbah, sampeyan dulu pernah menjelaskan
bahwa setelah Komunisme runtuh, dunia baru yang dimenangkan Imperium Global akan
menciptakan momok baru, hantu baru, trouble maker baru untuk menggantikan
komunisme. Apakah skenario kebiadaban, kebrutalan, keprimitifan, dan kenajisan
umat Islam yang penyakitan belakangan ini adalah perwujudan dari skenario lama
itu? Apakah ini semua tengara bahwa Islam sedang digiring untuk menjadi momok,
hantu, trouble maker, dan akhirnya common enemy bagi bangsa-bangsa di dunia?”
Sufi tua diam.
Dengan wajah serius ia berkata,“Susahnya,
skenario jahat itu tidak hanya dioperasionalkan oleh kelompok-kelompok Wahabi
dekil mata duitan, tapi melibatkan pula badan-badan dunia yang didanai Imperium
Global beserta begundal-begundalnya, yaitu negara-negara periphery berkedudukan
state capitalism dalam teori Wallerstein, Arrighi, Baudrillard, Chase-Dunn, Ritzer,
dan O’Connor. Sungguh, ini skenario Dajjal yang sulit dilawan, karena Dajjal
memang tidak bisa dilawan,” kata Sufi tua dengan suara rendah,”Bahkan Rasul Saw
telah bersabda, bahwa sebagian umat beliau akan menjadi pengikut Dajjal.”
Tulisan: Agus Sunyoto
See more at:
ISIS adalah ancaman bagi Islam yg rahmatan lil alamin....
BalasHapusmari kita tunjukkan kpd mereka islam yg toleran, seperti zaman Nabi...
BalasHapus