Kamis, 07 Agustus 2014

GALAU ITU LEBIH HINA DARI PADA SEORANG PELACUR

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra. menjelaskan bahwa kedudukan seorang pelacur yang masih mengharap rahmat Alloh itu jauh lebih dekat kepada Alloh jika dibandingkan dengan seorang abid (ahli ibadah) yang sering galau. Galau dalam hal ini merupakan sebuah perasaan yang sering menyalahkan keadaan, sering merasa pesisimis sehingga menjadi putus asa akan datangnya rahmat Alloh. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang yang sesungguhnya kepada Alloh. Dengan merasa putus asa berarti seorang hamba yang ahli ibdah telah meragukan kekuasaan Alloh. Dia melupakan bahwa Alloh adalah Dzat yang maha segala-galanya.


            Bandingkan dengan seorang pelacur yang masih menginginkan rahmat dari Alloh. Meskipun dalam segi fisik dia melakukan kemaksiatan yang tergolong dosa besar tapi hatinya selelu ada Alloh. Seorang pelacur belum tentu melakukan pekerjaan itu berangkat dari hatinya. Ada kalanya seorang pelacur itu dipaksa atau karena terpaksa oleh keadaan. Padahal di dalam hatinya sangat menolak keras akan perbuatan setan itu. Bahkan dengan melakukan hal itu dia sangat merasa menjadi orang yang paling hina di dunia. Meskpun demikian, hal ini tidak bisa diadikan oleh para pelacur atau calon pelacur (semoga tidak ada) untuk dijadikan sebagai landasan pembenaran dalam melakukan perbuatan yang tercela itu.

Disarikan dari kitab 'Ushfuriyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar